Berapa jarak aman saat kita berolahraga lari, bersepeda, dan berjalan selama masa wabah COVID-19? Ternyata lebih jauh dari 1 – 2 meter seperti yang ditentukan di berbagai negara!
Di banyak negara, aktivitas berjalan, bersepeda dan jogging adalah kegiatan yang dianjurkan dan disukai di masa COVID-19 ini. Namun, penting untuk dicatat bahwa Anda perlu menghindari saling salip saat melakukan kegiatan ini. Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh KU Leuven (Belgia) dan TU Eindhoven (Belanda). (1) (2) (3)
Aturan jaga jarak yang diterapkan oleh banyak negara menetapkan 1 – 2 meter tampaknya efektif ketika Anda berdiri diam di dalam atau bahkan di luar dengan angin kencang. Tetapi ketika Anda berjalan, berlari atau bersepeda, Anda sebaiknya lebih berhati-hati. Ketika seseorang berlari, bernafas atau batuk, partikel-partikel itu tertinggal di udara. Orang yang berlari di belakang Anda akan melewati kumpulan droplets (tetesan) berbentuk embun ini.
Para peneliti sampai pada kesimpulan ini dengan mensimulasikan terjadinya partikel air liur orang selama gerakan (berjalan dan berlari) tubuh mereka dan ini dari posisi yang berbeda-beda (saling menyamping satu sama lain, diagonal di belakang satu sama lain dan langsung di belakang satu sama lain). Biasanya model jenis ini digunakan untuk meningkatkan tingkat kinerja para atlet karena tinggal di aliran udara satu sama lain adalah sangat efektif. Tetapi ketika melihat COVID-19, menurut penelitian, rekomendasi yang muncul adalah untuk keluar dari aliran udara yang terbentuk.
Hasil tes ini dibuat terlihat dalam sejumlah animasi dan visual. Awan tetesan (droplets) yang ditinggalkan oleh seseorang terlihat jelas. “Orang-orang yang bersin atau batuk akan menyebarkan tetesan (droplets) dengan kekuatan yang lebih besar, tetapi juga orang-orang yang hanya bernapas akan meninggalkan partikel di belakang mereka”. Titik-titik merah pada gambar mewakili partikel terbesar. Ini menciptakan kemungkinan kontaminasi tertinggi tetapi juga jatuh lebih cepat. “Tetapi ketika berlari melewati awan tersebut mereka masih bisa hinggap di pakaian Anda” menurut Profesor Bert Blocken.

Dari simulasi, tampak bahwa jarak sosial kurang berperan bagi 2 orang yang ada di lingkungan dengan angin kencang ketika berlari/berjalan bersebelahan. Tetesan (droplets) mendarat di belakang mereka berdua. Ketika Anda diposisikan secara diagonal satu sama lain, risikonya juga lebih kecil untuk menangkap tetesan (droplets) dari pelari yang ada di depan. Risiko kontaminasi adalah terbesar ketika orang berada tepat di belakang satu sama lain, dalam satu arus.
Atas dasar hasil yang didapat ini, ilmuwan menyarankan bahwa untuk aktivitas berjalan, jarak orang yang bergerak dalam arah yang sama dalam 1 baris harus minimal 4 – 5 meter, untuk berlari dan bersepeda lambat harus 10 meter dan untuk bersepeda kencang setidaknya 20 meter. Juga, ketika melewati seseorang, disarankan untuk berada di jalur yang berbeda pada jarak yang cukup jauh mis. 20 meter untuk bersepeda.
This is definitely information I will be taking into account and it also puts in perspective the closing of busy parks etc. Perhaps the better way is just running in the street, on your own or at least with sufficient distance. Stay safe…
Ini jelas informasi yang akan saya pertimbangkan dan juga menempatkan perspektif pentingnya penutupan taman yang penuh orang, dan sebagainya. Mungkin yang lebih baik adalah hanya berlari sendirian di jalan, atau setidaknya dengan jarak yang cukup.
(3): http://www.urbanphysics.net/Social%20Distancing%20v20_White_Paper.pdf
*Tulisan ini berasal dari sini, dan saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia agar bisa dimengerti lebih luas oleh pembaca di Indonesia